Senin, 07 Desember 2020

Bertemu Bidan (Cerita Terapi Kehamilan Part 2)

Setelah tanggal 9 Oktober ke sana tapi tidak ketemu sama bidannya, kami pun balik lagi ke sana sebulan kemudian sesuai perjanjian di wa sebelumnya dan alhamdulillah bisa ketemu. Itupun Beliau hanya ngasih waktu ketemu 1 jam karena harus home visit setelahnya.


Hujan deres banget saat mau berangkat, tapi saya nekad ke sana ajak Ceko ke sana.

Pertama ketemu rasanya GIRANG banget. Yang mengejutkan adalah, Beliau ini orangnya ramah dan taat agama banget. Sebelum periksa saya, Beliau baca basmallah lalu mengucapkan salam untuk janin yang ada di rahim saya. Izin mau periksa janin, izin kepengen tau keadaan di dalam seperti apa. Dan terdengar sayup-sayup ada beberapa ayat Al Quran dan sholawat yang Beliau bacakan. Belum, ini perut saya belum dipegang. Tangannya baru menengadah ke atas berdoa sama Allah.


Tiba-tiba Beliau bilang, "Jenengan ki wong jowo mesti. Ngerti mendem kesusu opo ora?" (kamu nih pasti orang jawa ya? Kamu ngerti kan apa itu memendam kekesalan / apapun itu seperti kesedihan dkk secara mendalam)


Saya hanya mengangguk. Cuma itu yang bisa saya lakukan karena kaget. Saya belum bilang apa-apa soalnya, tapi beliau udah mengawali pemeriksaan dengan kalimat itu.


"Oke gini, sebelum saya kasih obat, saya mau minta kamu, coba deh kamu belajar bersyukur lagi. Cari 1 hal yang harus banget kamu syukuri dari sekian banyak hal yang memang seharusnya kamu syukuri. Lakukan itu setiap kali pertama kamu buka mata saat bangun tidur pagi. Dan rasakan, apa yang akan terjadi selanjutnya pada tubuhmu, pada keadaanmu, pada janinmu. Itu saja dulu ya dari saya. Lakukan itu. Bulan depan ketemu saya lagi, saya lihat lagi. Kalau tidak ada progress, baru nanti saya kasih private terapi ke kamu. Oke ya?" begitu selanjutnya dari Beliau. Sambil diteruskan dengan pemeriksaan dasar kehamilan tentang detak jantung dsb dsb.


Lalu Beliau bilang, "Anakmu nih pintar, cerdas, baik, kalem banget. Masyaa Allah. Dia sangat paham ibunya. Jadi kamu juga harus bisa memahami dirimu, agar janinmu nyaman sama kamu. Dia sehat loh ini. Jadi kamunya juga harus sehat. Inget pesen saya yang tadi ya. Lakukan itu."


Terus Ceko dateng, ya Beliau menjelaskan juga ke Ceko terus minta tolong Ceko buat dukung saya dan bantuin saya. Karena sejatinya, orang hamil itu berdua. Bukan cuma istrinya saja. Suaminya juga harus ikut hamil. Kan bikinnya juga berdua. LOL..


Soal makanan, Beliau hanya berpesan, "coba cari makanan yang sekiranya aman, tidak memicu naiknya asam lambung, jangan kebanyakkan juncfood, usahakan banyakkin buah dan sayuran, protein yang terpenting. Kalau karbohidrat sih bisa dikesampingkan. Yang utama adalah, harus jaga pikiran agar tetap tenang dan waras. Karena yamg merusak sistem tubuh dan pencernaan itu sebenarnya pikiran kita sendiri. Makanan itu hanya faktor kedua setelah pikiran. Jadi, orang hamil itu harus tenang, nyaman, bahagia. Kamu harus mensyukuri kehamilanmu ini. Karena di luar sana masih banyak pasangan yang menikah sudah lama tapi tidak juga diberi momongan. Itu dulu saja. Kalau kamu mensyukuri kehamilanmu, kamu tidak akan merasa berat menjalaninya meski kamu harus mengalami morning sickness atau apalah-apalah itu. Hamil itu anugrah dari Allah SWT. Tanda kasih Allah sama kamu, sama kalian. Berarti Allah percaya toh sama kalian untuk dititipkan calon kehidupan baru? Calon penerus keluargamu. Jadi kalian harus mensyukuri itu. Allah menganggap kalian mampu. Maka bersenang-senanglah. Anakmu pun di dalam akan senang. Karena dia merasa diterima kehadirannya, merasa dihargai, padahal bertemu saja belum. Iya, kan? Tapi kalian sudah dengan senang hati menerimanya, berbahagia. Maka yang ada di dalam pun akan   sangat mudah diajak bekerjasama, berkomunikasi, saling mengerti dan memahami. Itu saja dulu. Kalau kamu, suamimu bisa melakukan itu, kehamilanmu akan terasa sangat mudah dan tanpa keluhan macam-macam."


Dan sesi konsultasi 5 November kemarin ditutup dengan senyum sumringah dari sang bidan juga dari kami berdua. Sambil diniatkan dalam hati, saya akan mencoba semua yang disarankan oleh beliau. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar